PEMBINAAN
DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA
“BELAJAR
MEMBACA UNTUK ORANG DEWASA YANG BUTA AKSARA”
DOSEN
RUSMA
NOORTYANI, S.PD.,M.PD.
HUSNUL
KHATIMAH, S.PD.
OLEH
ABDUL
HAMID
NIM
A1B110201
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013
Belajar Membaca untuk Orang Dewasa yang
Buta Aksara
Bahasa adalah salah satu alat yang
paling sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Baik secara lisan
maupun tulisan. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia,
sehingga dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara
lebih jauh.
Buta
aksara adalah ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa Indonesia maupun
bahasa lainnya. Buta aksara juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk
menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan,
mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara.
Dalam perkembangan saat ini kata buta aksara diartikan sebagai ketidakmampuan
untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan
orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam
masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat
tersebut.
Konsep Dasar Belajar Membaca Bagi Orang
Dewasa.
Menurut Montessori, membaca adalah
bahasa yang ditulis. Membelajarkan membaca pada orang dewasa berbeda dengan
membelajarkan membaca pada anak-anak, karena orang dewasa sudah punya sikap
hidup, pandangan terhadap nilai-nilai hidup, minat, kebutuhan, ide/gagasan,
hasrat-hasrat dan dorongan-dorongan untuk melakukan suatu perbuatan. Orang
dewasa juga sudah banyak pengalaman-pengalaman hidup (lebih banyak dari oada
anak-anak), dan pengalaman tersebut merupakan sumber yang paling kaya dalam
proses belajar orang dewasa.
Pengalaman menunjukkan bahwa membaca
paling efektif dimulai dari sesuatu yang bermakna, terdekat dan melekat dengan
dirinya, kemudian meluas dan melebar dari tahapan yang satu ke tahapan
berikutnya. Sesuatu yang bermakna, terdekat, dan melekat pada diri orang dewasa
misalnya “nama diri”. Meskipun mereka buta aksara, tidak mengalami kesulitan
untuk melafalkan nama dirinya. Orang dewasa yang buta aksara juga akan lebih
mudah memahami suatu hal apabila itu dapat diterapkannya melalui beberapa panca
indera (penglihatan, pendengaran, perasaan dan lain-lain), lebih-lebih apabila
dihayati dengan melakukannya sendiri.
Dari uraian diatas, bisa disimpulkan
bahwa membelajarkan membaca pada orang dewasa, ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1.
mulai dari
sesuatu yang bermakna bagi dirinya.
2.
hal-hal
yang dibaca harus mempunyai arti/makna yang jelas, dan dimulai dari yang
terdekat dengan dirinya.
3.
belajar membaca dimulai dari hal-hal yang
konkrit dan sudah dikenal.
4.
gunakan
kata-kata yang sifatnya repetisi dan sering muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Metode
Pembelajaran Membaca Pada Orang Dewasa Dalam Pendidikan Keaksaran Fungsional.
1. Metode PPB (Pendekatan Pengalaman Berbahasa).
Dalam metode PPB ini bahasa yang
digunakan dalam proses pembelajaran adalah bahasa yang dikenal/dipakai peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara Tutor meminta peserta didik
untuk mengucapkan sebuah kalimat. Kalimat tersebut ditulis pada kertas, lalu
dibaca bersama-sama. Setelah itu kertas dipotong menjadi kata per kata, tutor
membantu peserta didik untuk mengingat kata-kata diatas dengan menggunakan
permainan, diantaranya: buka tutup,
memindahkan posisi, dsb.
Contoh :
Saya
masak sayur bayam
Saya masak sayur bayam
Saya ………sayur bayam
Saya masak .……bayam
……masak …….bayam
2. Metode SAS (Struktur Analisis
Sintesis).
Dalam metode SAS ini, tutor menulis
kalimat yang lengkap terdiri dari dari subyek, predikat,
obyekdanketerangan(SPOK), lalu tutor dan peserta didik bersama-sama membaca
kalimat tersebut sampai peserta didik memahami arti kalimat tersebut. Kemudian
kalimat tersebut diuraikan menjadi kata, suku kata sampai menjadi huruf. Pada tahap ini peserta didik selain memahami
arti kalimat dan kata per kata, juga belajar untuk menghafal dan melafalkan huruf-huruf
yang membangun kata dan kalimat tersebut.
Contoh :
Saya masak sayur bayam.
Saya – masak – sayur – bayam
Sa-ya
ma-sak sa-yur ba-yam
S a y a m a s a k s a y u r b a y a m
Sa-ya
ma-sak sa-yur ba-yam
Saya – masak – sayur – bayam
Saya masak sayur bayam.
3. Metode Kata Kunci
Dalam metode kata kunci, kata-kata
kunci yang akan dijadikan bahan belajar dipilih dari berbagai alternatif kata
yang diajukan oleh para peserta didik, kemudian kata-kata tersebut digunakan
untuk memancing pikiran kritis peserta didik, sejak awal kegiatan sampai akhir
kegiatan.
Contoh :
Baju Daster
Ba ju Das ter
Ba ja Das tar
Bali jual Dasi teri
Bata jamu Dasaturi
Batu jitu Desi tari
4. Metode Suku
Kata Suatu metode yang diawali dengan
pengenalan dan pemahaman terhadap suku kata tertentu yang mudah dibentuk,
ditulis dan dilafalkan, dan yang paling banyak digunakan dalam pengucapan.
Kemudian suku kata tersebut diuraikan menjadi huruf , dan huruf-huruf tersebut
dbentuk menjadi suku kata yang baru, sehingga pserta didik memahami betul.
Contoh :
Suku
Kata Makna
Sa – sa Bumbu
Pi – pi Bagian
dari wajah
Ku – ku Bagian
ada di tangan
Bo - bot Berat Jenis
Dst…
5. Metode Abjad
Dalam metode abjad ini, peeserta didik
tidak hanya sekedar mengenal lambang bunyi dari A sampai Z, yang belum tentu
bermakna bagi mereka. Akan tetapi peserta didik membuat bahan belajar dengan
kata-kata yang dipilihnya sendiri, yang sesuai minat, kebutuhan dan bermakna
bagi peserta didik serta sesuai dengan situasi di lingkungan sekitarnya. Metode
ini bisa dilakukan dengan cara peserta didik diminta membuat kata-kata, lalu
pada setiap kata tersebut kita tunjukkan abjad apa yang mengawalinya.
Misalnya:
-
kata Bola,
huruf awalnya adalah B,
-
kata sapu, huruf
awalnya adalah S,
-
Kartini
huruf awalnya adalah K, dan lain-lain.
6.Metode Transliterasi
Dalam metode ini, mengalihkan aksara
dan angka dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Mengingat di Indonesia sebagian
peserta didik sudah melek aksara dan angka ”Arab”, namun masih buta aksara dan
angka ”Latin”, maka dalam kaitan ini yang dimaksud metode tranliterasi ini
adalah mengalihkan bentuk aksara dan angka Arab ke bentuk aksara dan angka
latin., dengan syarat: memperhatikan kedekatan pelafalan antara kedua aksara
yang bersangkutan.
Contoh : syaitan, syarat, swadaya, dan
strategi dsb.
7.Metode Iqra
Metode ini adalah cara belajar secara
sistematis dimulai dari hal-hal yang sederhana, meningkat setahap demi setahap
(dari huruf menjadi suku kata, dari suku kata menjadi kata dan akhirnya menjadi
kalimat).
Misalnya:
- A BA
- A BA BA A BA BA
- BA A BA A BA BA BA BA A
- TU BA TU TU BA
- TA BA TA TA BA
- BA TU BA TA
- BU AT BU AT
- BU AT BA TU BA TA
- BU DI
- BU DI BU AT BA TU BA TA
- A BA
- A BA BA A BA BA
- BA A BA A BA BA BA BA A
- TU BA TU TU BA
- TA BA TA TA BA
- BA TU BA TA
- BU AT BU AT
- BU AT BA TU BA TA
- BU DI
- BU DI BU AT BA TU BA TA
Materi
Pembelajaran Membaca
·
Tahap-Tahap
yang dilakukan untuk membaca yaitu:
-
Mengenal
huruf vokal A,I,U,E,O
-
Mengenal
huruf konsonan B,C,D,E dll
-
Membedakan
vokal dan konsonan
-
Merangkai
huruf menjadi kata(2-3 Suku kata) dalam bahasa indonesia, dan di usahakan di
bantu
-
Membaca
kata dengan dieja
-
Membaca
kalimat tanpa tanda baca dalam bahasa Indonesia
-
Membaca
kalimat dengan benar dalam bahasa Indonesia
·
Tahap
pembinaan membaca bisa melalui bacaan seperti :
-
Biodata,
KTP
-
Kartu
keluarga
-
Formulir
-
Kalender
-
Menu masakan
-
Resep
masakan
-
Kuitansi
-
Daftar
harga dari barang
-
Rambu –
rambu lalu lintas
-
Iklan dll
DAFTAR RUJUKAN